Gerah Ditolak Penerbit Mayor? Ini Solusinya!
“Pokoknya Menulis!” - A.Chaedar Alwasilah-
Setiap hari manusia berkomunikasi, menulis adalah salah satu
proses berkomunikasi. Sebelum menulis kita berkomunikasi dengan realitas, saat
menulis kita berkomunikasi dengan tulisan kita, dan setelah menulis kita
berkomunikasi dengan media dan pembaca.
Menulis itu sebenarnya 1% bakat dan 99% proses menulis. Ini
berarti semua orang bisa menulis dan berpotensi besar menjadi penulis. Penulis
adalah orang yang menulis, dan seseorang dapat dikatakan sebagai penulis
apabila ia telah memiliki karya dan pengakuan atas karyanya tersebut oleh
khalayak. Namun yang menjadi masalah saat ini, untuk menjadi penulis itu tidak
mudah. Banyak tikungan dan hambatan yang mesti dilalui calon penulis untuk bisa
benar-benar menjadi penulis. Baik itu hambatan dari diri sendiri maupun dari
lingkungan sekitar.
Setiap penulis pasti menginginkan buah karyanya diabadikan
dalam bentuk buku, ditambah jika buku tersebut dapat laku di pasaran, pastilah
menjadi kebahagiaan tersendiri untuk para penulis. Hanya saja, untuk dapat
menembus hal itu, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Karena setiap
penulis sukses pasti pernah mengalami yang namanya penolakan naskah oleh
penerbit. Kamu pernah? Saya juga.
Proses menjadi penulis itu, sama seperti proses tumbuh
kembangnya bayi. Mulai dari belajar merangkak, lalu berdiri pelan-pelan,
terjatuh, berdiri lagi, dan sampai akhirnya bisa berlari. Memang prosesnya
panjang, tapi ketahuilah ada nikmat tersendiri saat proses tersebut telah
berhasil kita jalani.
Sering ditolak penerbit dengan alasan naskah kita tidak
menarik? Setiap penerbit memang memiliki kriteria sendiri untuk menerbitkan sebuah
naskah, dan jika naskah kita ditolak itu artinya naskah kita memang tidak
berjodoh dengan penerbit itu, mungkin pula penerbit tersebut bukanlah rumah
dari naskah kita. Tapi jangan pernah kecewa dengan hal semacam itu, karena satu
hal yang harus kita percaya, bahwa setiap karya memiliki nilai estetikanya
sendiri.
Sebenarnya saat ini sudah banyak alternatif yang bisa kita
gunakan untuk menerbitkan karya kita, salah satunya dengan hadirnya penerbit
yang berkonsep self publishing seperti
Rasibook. Jangan memandang sebelah
mata, pada karya-karya yang diterbitkan secara self publishing ini. Karena
penulis sekelas Dewi Lestari atau Clara Eng pun pernah menerbitkan secara self
publishing sebelum akhirnya ada penerbit besar yang tertarik untuk menerbitkan
karya mereka.
Percayalah, suatu hari nanti karya kita akan menemukan
rumahnya sendiri. Mungkin rumah dari karyamu adalah di Rasibook? Berkunjunglah.
Komentar
Posting Komentar