Jelajah Bukittinggi Sehari, ini Wisata yang Bisa Dikunjungi
Sebagai orang Padang asli aku merasa KW super alias cupu banget! Soalnya aku belum pernah ke Bukittinggi. Tapi akhirnya! Setelah aku berumur 24 tahun, barulah aku menginjakkan kaki di Bukittinggi.
Jadi kali ini aku mau ceritain petualanganku seharian di Bukittinggi. Kebetulan aku enggak sendirian tapi ditemani sama tiga sepupuku. Kak Wawa, Intan, Hafizah, dan temennya Kak Wawa yang jadi tour guide dadakan, Kak Rahmi. Langsung aja? Yuk mari...
Perjalanan dimulai dari Kota Pariaman. Kami berangkat pukul 6.22 WIB, naik Travel Melsy warna kuning, tujuan Pariaman - Bukittinggi. Ongkosnya 15ribu.
Aku excited banget, tapi karena berangkat pagi, jin ngantuk menggoda. Akhirnya, selama perjalanan aku tidur. Aku pun melewatkan pemandangan Lembah Anai. Sial! Tahu-tahu udah sampai aja di Bukittinggi pukul 7.49 WIB. Cepet banget kan? Iya soalnya enggak macet. Katanya kalau macet perjalanan bisa sampai tujuh jam lho. Alhamdulillah ya rezeki anak soleh.
Kesan pertama sampai di Bukittinggi, dingin! Sumpah enak banget udaranya. Mirip-mirip puncak Lembang gitu. Entah karena masih pagi atau emang karena cuaca juga lagi bagus. Tapi serius deh, aku jatuh cinta sama udaranya yang bikin nyaman.. Eaa.
Destinasi pertama kami, Panorama Ngarai Sianok. Dari tempat kami turun, di Jambu Air, kami naik angkot warna merah nomor 14. Usahakan naiknya jangan yang ngetem, nanti lama nunggunya. Ongkosnya 3 ribu. Tapi, kalau travelnya turun di Aur Kuning, naik angkot warna merah nomor 19 di depan SMA 3 Bukittinggi. Keduanya sama-sama bisa turun di Ngarai Sianok.
Pemandangan Ngarai Sianok dari Panorama |
Ngarai Sianok merupakan lembah. Untuk melihat keindahan dari Panorama, dikenakan tiket masuk 15ribu/orang. Bayarnya mesti menggunakan kartu BRIZZI. Kalau enggak punya, beli dulu. Kalau sudah punya, tinggal isi saldo aja, dan bisa digunakan bersama kok. Jadi enggak harus satu kartu satu orang. Sama kayak di Jakarta kalau mau ke kebun binatang Ragunan atau naik puncak Monas, masuknya mesti pakai Jakcard.
Di Ngarai Sianok kita enggak cuma bisa lihat pemandangan lembah yang eksotis, tapi juga bisa menjelajah Lobang Jepang dengan segala misterinya. Masuk Lobang Jepang enggak bayar lagi. Kecuali kalau pakai jasa pemandu, kita mesti merogoh kocek minimal 80ribu. Tapi masuk sendiri enggak masalah kok, asal berani aja.
Lobang Jepang ini lebih modern daripada Goa Jepang dan Goa Belanda di Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda Bandung. Ada lampunya, jadi enggak gelap. Ada petunjuk arah juga, jadi enggak akan nyasar. Tapi tetap aja merinding dikit sih ada. Biar bagaimana pun ini tempat bersejarah yang angker. Pada masa penjajahan, banyak masyarakat yang meregang nyawa di sini.
Di Ngarai Sianok ini juga ada spot selfie yang cukup ciamik. Tapi masuknya bayar lagi 15 ribu hehehe.
Mau foto di sini, bayar 15ribu ya hehe |
Dari Ngarai Sianok, kami lanjut jalan kaki ke Great Wall, cukup jauh, sekitar 1.5 meter. Sebelum sampai Great Wall kami lewat jembatan gantung yang udah tua.
Jembatan gantung menuju Greet Wall |
Great Wall ini katanya sih kayak tembok China versi Bukittinggi. Tapi sayang enggak terawat, temboknya udah berlumut. Enggak ada petugas jaga juga, jadi emang lokasinya dibuka untuk umum. Cuma sekarang sepi, peminatnya udah kurang karena udah enggak bagus lagi. Tapi kalau mau foto ala kerajaan kuno gitu, keren juga sih di sini.
Great Wall |
Dari puncak Great Wall sebenarnya kita bisa lihat pemandangan Ngarai Sianok lagi. Cuma aku mutusin enggak naik ke puncak deh, capek bray! Tangganya banyak dan tinggi hehe. Lagian udah puas juga lihat keindahan Ngarai Sianok dari Panorama.
Setelah dari Great Wall, kami balik arah dan berjalan lagi menyusuri Ngarai Sianok dari bawah. Ada sawah yang terhampar luas, sungai yang mengalir, serta pemandangan hijau yang memanjakan mata. Indah! Setelah puas berfoto, kami lanjut ke destinasi berikutnya, yakni Benteng Fort de Kock.
Untuk menuju Benteng Fort de Kock, kami menggunakan taksi online. Untungnya taksi online sudah masuk ke Bukittinggi, jadi keliling kota rasanya lebih mudah.
Masuk Benteng Fort de Kock, untuk orang dewasa dikenakan tiket 15ribu, sedangkan anak-anak 10ribu. Bayarnya pakai BRIZZI juga.
Di Benteng For de Kock ada Jembatan Limpapeh, jembatan ini menghubungkan Benteng For de Kock dan Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan atau lebih dikenal dengan Kebun Binatang Bukittinggi. Enggak banyak yang aku amati di benteng, mungkin karena udah cukup lelah, jadi aku mutusin buat jalan aja terus ke kebun binatang lewat jembatan Limpapeh. Masuk kebun binatang enggak bayar lagi kok.
Jembatan Limpapeh |
Pemandangan Kota Bukittinggi dari atas jembatan Limpapeh |
Aku enggak tahu koleksi hewannya apa aja, soalnya enggak keliling banget juga, udah capek. Tapi recommended deh lokasinya untuk liburan keluarga.
Keluar dari kebun binatang, kami lanjut jalan ke Jam Gadang. Jalannya juga enggak terlalu jauh. Tapi karena waktu adzan zuhur udah masuk, kami mampir dulu ke masjid yang posisinya juga dekat banget sama Jam Gadang.
Habis dari masjid kami enggak langsung ke Jam Gadang. Kami ke Pasar Ateh buat isi perut dulu, selain tempat belanja oleh-oleh dan cenderamata, di sini juga ada pedagang makanan, mulai dari nasi kapau, sate padang, sampai soto padang ada. Jangan lupa tanya harga dulu sebelum makan yah!
Kalau mau beli oleh-oleh, harga di sini sama aja kayak harga di lokasi objek wisata lainnya. Pintar-pintar nawar aja. Dan kalau bisa pakai bahasa Padang saat transaksi! Biar dikasih harga murah haha.
Sebenarnya tujuan utama aku ke Bukittinggi tuh ingin lihat Jam Gadang sih hehe. Soalnya penasaran aja sama penampakan aslinya gimana, kan icon Bukittinggi juga. Walaupun sepupu aku kayaknya udah bosen deh ke sini haha.
Finally aku lihat Jam Gadang! Aduh, tapi panas dan rame banget cuy! Maklum masih suasana lebaran. Mau foto sendiri di Jam Gadang susah, soalnya orang-orang pada seliweran.
Jam Gadang ini kayak alun-alun kota gitu. Nah, di tengah alun-alun ini berdiri lah sebuah jam berukuran besar dengan kokoh. Di sini juga dihias dengan taman yang indah. Bagus sih, sayang waktu aku datang rame banget, jadi gimanaa gitu.. Hehehe. Di sampingnya ada Plaza Bukittinggi, jadi bisa nge-mall juga hehe.
Karena rame, susah banget dapet foto bagus. Sedih hvft. Cuma selfie ini yang paling mending hiks. |
Jam Gadang jadi lokasi terakhir kami. Kami udah bener-bener capek keliling Bukittinggi seharian.
Untuk rute pulang, kami menuruni Janjang Gudang, yakni anak tangga yang letaknya di sekitar lokasi Jam Gadang untuk menuju jalan Perintis Kemerdekaan. Kami lalu naik angkot nomor 19 warna merah di seberang Bank BNI dan Hotel Jogja. Kalau bingung, tinggal tanya aja sama orang-orang ya. Ongkosnya 3ribu.
Turunnya di Aur Kuning. Dari Aur Kuning, jalan dikit aja ke terminal untuk naik mobil Melsy tujuan Bukittinggi - Pariaman, ongkosnya 15ribu. Di terminal ini banyak travel tujuan kota lain kok, kayak ke Payakumbuh, Lubuk Basung, Padang, dan lain-lain. Naiknya lebih baik langsung di terminal aja, soalnya kalau nyetop di jalan, travelnya suka penuh. Btw, alhamdulillah bisa lihat Lembah Anai, karena selama perjalanan pulang, aku enggak tidur haha.
Kesimpulannya, banyak banget lokasi menarik yang bisa dijelajahi di Bukittinggi yang pastinya enggak cukup dikelilingi dalam satu hari! Usahakan bawa kamera yang bagus, karena pemandangan alam di Bukittinggi cantik banget untuk diabadikan. Jangan pergi di tanggal libur, apalagi libur panjang, bakalan macet dan ramai banget, bisa-bisa malah enggak sampai ke lokasi. Dan yang pasti jangan malu dan ragu bertanya!
Rindu BukitTinggi!!!!
BalasHapusTahun depan ke bukit lgi kuy 🤗
BalasHapusInsya Allah sistahh wkwkw
HapusNext trip.....yuuuuk mareeee
BalasHapusSiapp Bosquu wkwk
Hapusberasa lagi ikutan travelling jg...
BalasHapusAyoo jangan cuma dirasa-rasa haha. Cabut langsung lah ke sana wkwk
Hapus